Lirik Lagu Guruku Tersayang, Guruku Tercinta

Pagiku Cerahku
Matahari bersinar
kugendong tas merahku
di pundak

Selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Ref :
Guruku Tersayang
Guru tercinta
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan

Enam Model Bisikan Setan Sumber

Ukhti muslimah, kita telah mengetahui mana yang merupakan bisikan setan, walau ini belum seluruhnya karena tipu daya setan -walaupun lemah- namun amat sangat banyak dan bervariasi

“Habis pasang badan di kasur, niatnya sih mau tidur.. tapi dipaksain merem kok nggak ngantuk-ngantuk yaa? Hmm…di saat-saat seperti itu, pikiran pasti sibuk berkelana melayang kemana-mana. Uups…! Perasaan tadi mikir tugas kampus yang belum kelar, eh kok tiba-tiba jadi mikirin mantan ya?? Astaghfirullahal ‘adzhiim…”

Mungkin ukhti muslimah pernah mengalami kejadian diatas?

Nah.. Kalau memang pernah, sekarang sudah saatnya kita mulai mengendalikan input isi kepala kita dan menjaga proses produksi otak, agar menghasilkan output yang baik dan bernilai pahala.

Ibnul Qayyim dalam kitabnya Fawaa’idul Fawaa’id menjelaskan, “Buah pikiran, bisikan hati, kehendak, dan cita-cita adalah hal-hal yang harus diprioritaskan untuk anda perbaiki. Sebab semua itu adalah inti dan hakikat diri anda. Inti ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah atau justru menjauhkan anda dari-Nya.”

Pikiran manusia layaknya mesin penggiling yang memproses segala apa yang masuk ke dalamnya. Jika kita tak cukup jeli untuk bisa memilah-milah mana yang boleh masuk dan mana yang harus dicekal, tentu hasil yang nampak dari dalam diri kita bukanlah hasil baik yang kita cita-citakan. Pikiran, terutama pikiran bawah sadar, akan membentuk diri kita dan membentuk sikap dan perilaku kita. Maka dari itu kita perlu bisa mengklasifikasi mana yang perlu kita cerna dan kita simpan dalam pikiran kita dan mana yang selayaknya dibuang saja.

Untuk bisa mengenali mana bisikan yang bersumber dari cahaya Allah dan mana yang berasal dari godaan dan tipu daya setan, kita perlu tahu perbedaannya. Nah.. Bagaimana kita bisa tahu mana yang dari Allah dan mana yang dari setan? Jawabannya ada di bawah ini;

Allah berfirman dalam QS. Al-Anfaal : 29,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“ Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqon (pengetahuan yang bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan), dan kami akan menghapus kesalahan-kesalahanmu, serta menutupi (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Jadi modal terbesar seorang hamba dalam memahami kebenaran dan kebathilan adalah ketaqwaannya kepada Allah. Dimana ketika taqwa telah menjadi jati dirinya, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya “furqon” atau pembeda, dimana dia akan mampu mengenali kebenaran dan para pembawanya, dan mampu mengenali kebathilan dan para pengusungnya. Ia bisa mengenali mana tauhid mana syirik, mana sunnah mana bid’ah, mana yang bermanfaat mana yang membahayakan.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah sangat membantu kita dalam hal ini. Beliau menuliskan ada 6 hal yang merupakan bisikan yang berasal dari setan, dimana kita harus sesegera mungkin membuangnya jauh-jauh ketika terlintas di benak kita. Apa saja 6 hal itu?

Setan membuat manusia sibuk memikirkan yang sudah terjadi dan membuatnya berandai-andai. Andaikan kejadiannya begini, maka pasti tidak akan terjadi begini…dan seterusnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari telah mengingatkan kita, dengan sabdanya yang artinya:

وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“…Jika sesuatu (yang tidak engkau inginkan) menimpamu, maka janganlah engkau katakan ‘andaikan aku melakukan begini dan begitu tentu akan begini dan begitu’ namun katakanlah “Qodarullah wa ma syaa’a fa’ala” karena kalimat seandainya itu akan membuka (pintu) perbuatan syaithon.” [HR. Muslim]

Membuat manusia memikirkan kejadian yang belum terjadi, lalu dia mengandai-andai seandainya nanti terjadi lalu bagaimana, dan syaithon akan membuatnya mencemaskan berbagai hal yang terkait dengan ini.

Membuat manusia memikirkan hal-hal keji dan haram, baik ia menginginkannya karena hawa nafsunya menyeretnya ataupun ketika ia hanya sekedar terfikir kejadian-kejadian keji yang tidak ia inginkan, yang ia merasa jijik kepadanya. Maka ini harus sesegera mungkin ia tepis.

Menghayal dan berangan-angan yang tidak mungkin terjadi, misalnya mengangankan andaikan dirinya seorang Nabi, atau hal-hal mustahil yang akan membuatnya tersita dan hanya membuang-buang waktu. Berbeda jika yang dia angan-angankan adalah sesuatu yang bisa ia raih, misalkan ia berangan-angan menjadi seorang penerjemah lalu ia memikirkan bagaimana jalan menuju cita-citanya. Maka hal ini adalah angan-angan yang positif.

Membuat manusia memikirkan berbagai perkara bathil. Misalnya, ia memikirkan bagaimana rasanya minum khamr, dll.

Membuat manusia memikirkan perkara-perkara yang tidak terjangkau akal. Yaitu semisal ide-ide yang tak berguna, hal-hal yang tidak pernah selesai diperdebatkan semacam keberadaan makhluk lain di luar angkasa, atau seperti permasalahan sifat-sifat Allah dimana ia mempertanyakan kaifiyah/bentuk dan tata caranya, sehingga pikiran-pikiran itu menyibukkannya dari hal yang memang benar-benar bermanfaat bagi hatinya dan akalnya.

Ukhti muslimah, kita telah mengetahui mana yang merupakan bisikan setan, walau ini belum seluruhnya karena tipu daya setan -walaupun lemah- namun amat sangat banyak dan bervariasi. Dimana kita sangat membutuhkan ketaqwaan dan pertolongan Allah dalam mengenalinya dan memberantasnya segera dari hati kita. Sekarang mungkin terbetik di benak kita, lalu apa yang harus kita lakukan untuk memberantas itu semua dari hati kita? Bagaimana jika itu telah terlanjur menjamur di hati kita dan menampakkan hasilnya di sikap dan perilaku kita?

Insya Allah masalah yang berkaitan dengan cara mengatasi bisikan setan akan kami jelaskan semampu kami di pembahasan lain. Sekian semoga bermanfaat.

Wallahu ta’ala a’lam.

Makna Kalimat Berlomba-lombalah Dalam Kebaikan

Makna kalimat "Berlomba-lombalah dalam kebaikan"

Dari kalimat tersebut diatas, mengapa tidak menggunakan berkompetisi atau bertandinglah dalam kebaikan. Allah menurunkan wahyu , menurunkan ayat - ayatnya dengan maksud dan tujuan tertentu . Serta perlu memahami menggunakan akal & ilmu kita, serta kita harus melihat keadaan sekitar lingkungan kita agar mengetahui maksud dan makna kalimat yang terkandung di dalam ayat - ayat-Nya. Allah memerintahkan agar kita selalu mempergunakan,pemikiran, ilmu serta akal kita di dalam memahami semua perintah yang tertera di dalam kitab - Nya karena makna yang terkandung sangat luas dan dalam.

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang TIDAK MAU mempergunakan AKAL.” (QS. Al-Maa’idah, surat 5, ayat 58)

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak MEMIKIRKAN?“ (QS. Yaasiin, surat 36, ayat 68)

Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu MEMPERGUNAKAN AKAL;.” (QS. Asy-Syu’araa’, surat 26, ayat 28)

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang BERFIKIR.” (QS. Ar-Ra’d, surat 13, ayat 4)

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu MEMAHAMINYA.” (QS. Yusuf, surat 12, ayat 2)

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu MEMAHAMINYA(nya).” (QS. Az-Zukhruf, surat 43, ayat 3)

Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau MEMIKIRKAN (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk, surat 67, ayat 10)

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang ia menghadap kepadanya. Maka BERLOMBA -LOMBALAH didalam kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Qs.2:148)

...maka BERLOMBA-LOMBAlah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,(Qs.5:48)

BERLOMBA -LOMBALAH kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(Qs.57:21)

...dan untuk yang demikian itu hendaknya orang BERLOMBA-LOMBA.(Qs.83:26)

Makna kalimat berlomba-lomba lah dalam kebaikan yaitu apabila ada orang lain berbuat baik kepada siapa pun , maka kita harus berbuat lebih baik kepada siapapun ,tanpa harus melukai orang lain dan merugikan orang lain atau bahkan menghalalkan segala cara agar kita dapat dianggap lebih baik dari orang tersebut .

Tetapi berbeda makna apabila menggunakan kata "berkompetisilah" atau bahkan "bertandinglah" . Apabila telah menggunakan kalimat tersebut , makna yang terkandung berbeda .

Berkompetisi & bertanding merupakan hal yang sering kita dengar, pasti ada orang yang kalah , ada seseorang yang menggunakan berbagai macam cara agar menang di dalam pertandingan atau kompetisi . Dan pasti salah satu diantara orang yang berkompetisi ada yang jatuh atau dirugikan.

Saudaraku .. Manusia tak lepas dari sebuah dosa.
Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap harinya ,entah kita sadari atau tidak.
Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang lain.

Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga terjadi salah paham diantara sesama.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama & pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

Semoga bermanfaat.. aamiin.. :)




Jadikanlah Nilai Kejujuran Dalam Pribadimu

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1419. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hendaklah kalian berkata jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa akan kepada surga. Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur dan selalu berusaha jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta dapat menyeret kepada kejahatan dan kejahatan dapat menyeret kepada neraka. Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaq Alaih)

Ash-shidq (jujur) adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Al-kidzb (dusta) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Demikianlah makna ash-shidq dan al-kidzb menurut mayoritas madzhab Al-Hadawiyah dan Lain-lain. Al-hidayah artinya petunjuk yang dapat membawa hingga sampai kepada tujuan. Al-birr adalah keleluasaan dalam mengerjakan amal kebaikan. Dan al-birr merupakan suatu ungkapan yang mencakup segala jenis kebaikan dan biasanya disebutkan untuk mengungkapkan sebuah amal shalih yang ikhlas.

{إِنَّ الأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ}

"Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan." (QS. Al-Infithar: 13)

Ia juga berkata, "Sabda beliau, "Apabila seseorang bersikap jujur..." Maksudnya, berusaha agar senantiasa bersikap jujur hingga ia berhak menyandang gelar ash-shiddiiq (seorang yang senantiasa jujur). Makna asal dari kata fujuur adalah perusakan, yakni merusak agama. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang condong merusak dan memberikan dorongan untuk berbuat maksiat. Jadi, fujur merupakan suatu ungkapan yang mencakup semua jenis keburukan.

Sabda beliau, "Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta” sama seperti sabda beliau sebelumnya "Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata jujur", yakni apabila seseorang senantiasa berkata dusta maka ia berhak menyandang gelar al-kadzdzaab (orang yang suka berdusta).

Hadits di atas mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap berkata jujur, maka jujur akan mendarah daging pada dirinya. Dan barangsiapa yang dengan sengaja berdusta dan selalu berkata dusta, maka sifat ini juga akan mendarah daging pada dirinya. Dengan latihan dan usaha, sifat baik dan sifat buruk itu dapat dicapai.

Hadits ini menunjukkan betapa agungnya sifat jujur, karena kejujuran akan membimbing pelakunya menuju surga. Hadits ini juga menunjukkan betapa buruknya sifat dusta hingga menyeret pelakunya ke dalam neraka. Demikian juga halnya semasa di dunia, ucapan orang yang jujur akan diterima dan disukai di tengah masy arakat serta diterima persaksiannya oleh para hakim. Lain halnya dengan orang yang suka berkata dusta.

Di Bawah Naungan Al-Quran

Sebagaimana kita ketahui, di negeri kita telah terjadi pernyataan yang menistakan Al Quran. Bukan sembarang orang yang menyatakannya, tapi seorang pejabat negara, yakni Gubernur DKI Jakarta. Sekali lagi, umat Islam melakukan demonstrasi hari ini di Jakarta, diikuti oleh umat Islam dari berbagai daerah untuk menuntut kepada penegak hukum agar menghukum pelakunya. Demonstrasi seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi sampai terjadi di berbagai daerah apabila ada proses hukum yang cepat sebagaimana kasus-kasus lain.k

Ada banyak hikmah atas penistaan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terhadap Al Quran. Salah satunya adalah mengingatkan kita untuk semakin memperkokoh komitmen kepada Al Quran, mulai dari bisa membaca, rajin membaca, memahami hingga mengamalkan dan mendakwahkannya. Setiap kita harus berusaha untuk menjalani hidup sebagaimana petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Quran, ini berarti kita hidup di bawah naungan Al-Quran.k


Sayyid Quthb, dalam tafsirnya Fi Dzilalil Quran menyebutkan bahwa hidup di bawah naungan Al-Quran adalah nikmat, kenikmatan yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang-orang yang menghayatinya, kenikmatan yang dapat mengangkat derajat manusia, memberkati dan membersihkan kehidupan ini dari segala bentuk kekotoran.k

Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari hidup di bawah naungan Al-Quran. Sekurang-kurangnya, kita bisa menyimpulkannya menjadi tiga. Pertama, kehidupan kita menjadi terbimbing. Hal ini karena meskipun manusia memiliki akal pikiran yang cerdas, tapi tidak menjamin baginya memiliki kemampuan membedakan antara yang haq dengan yang bathil atau yang benar dan yang salah, padahal kemampuan membedakan antara yang haq dengan yang bathil merupakan sesuatu yang amat penting menuju kehidupan yang baik. Karena itu manusia amat memerlukan bimbingan yang benar, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertingkah laku. Sudah begitu banyak manusia yang tidak berpikir, bersikap dan bertingkah laku secara benar karena tidak mau mengambil bimbingan dari Al-Quran.k

Karena tidak mengambil bimbingan dari Al-Quran, banyak manusia yang tersesat dalam masalah ketuhanan sehingga menuhankan benda-benda yang memiliki sejumlah kelemahan seperti manusia dan patung, pohon, dan jenis-jenis berhala lainya, Allah swt berfirman:k

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَk

Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka Serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.(QS Al A’raf [7]:194).k

Dengan sebab tidak menjadikan Al-Quran sebagai pembimbing hidup, maka banyak manusia yang dalam masalah hukum tidak mendapatkan perlakuan hukum dan tidak bisa menegakkan hukum secara adil. Kasus-kasusnya begitu banyak mulai dari maling ayam dan maling sandal yang dikeroyok massa lalu dianiaya dan dibakar hingga mati, sementara disisi lain, ada orang yang bersalah dengan kesalahan yang besar tapi tidak dihukum yang sesuai dengan tingkat kesalahannya, bahkan sampai ada yang dibebaskan begitu saja dan begitulah seterusnya, akibatnya terjadi kekacauan dalam tatanan kehidupan masyarakat sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini. Dalam masalah akhlak, akibat tidak menjadikan Al-Quran sebagai pembimbing hidup, telah terjadi kehancuran tata nilai kehidupan sehingga begitu banyak kasus-kasus yang mengerikan dan mengkhawatirkan bagi peradaban manusia dimasa datang mulai dari perzinaan yang merajalela, pengguguran kandungan yang kian banyak, narkoba yang terus merusak generasi bangsa, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian, korupsi dan sejenisnya yang kian merusak citra masyarakat dan berbagai bentuk kerusakan akhlak lainnya yang ke semua itu membuat masa depan masyarakat dan bangsa semakin mengkhawatirkan, hal ini karena akibat negatif yang ditimbulkan dari kerusakan akhlak, bukan hanya menimpa mereka yang jauh dari Al-Quran tapi juga bisa terjadi pada mereka yang hidupnya sejalan dengan nilai-nilai Al-Quran.k

Oleh karena itu, Al-Quran membawa kenikmatan dalam kehidupan manusia manakala difungsikan sebagai petunjuk sehingga dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil, Allah swt berfirman:k

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِk

Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS Al Baqarah [2]:185).k

Kedua yang merupakan manfaat dari hidup di bawah naungan Al-Quran adalah memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Hidup yang kita jalani ini tidak pernah sepi dari berbagai persoalan, satu persoalan belum teratasi, tapi sudah muncul persoalan berikutnya. Orang yang tidak mengambil bimbingan dari Al-Quran menjadi bingung dalam menghadapi persoalan itu, kebingungan mengakibatkan kekalutan dan kekalutan membuatnya melakukan tindakan-tindakan yang tidak terkendali, ujungnya adalah merugikan dirinya dan orang lain, bahkan bukan hanya kerugian di dunia ini saja tapi juga di akhirat nanti.k

Ada banyak contoh yang bisa kita ungkap, misalnya kebingungan dalam menghadapi persoalan ekonomi membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Bahkan banyak kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang hanya karena terimpit persoalan ekonomi yang besar, padahal bunuh diri akan membawanya pada kesengsaraan sepanjang masa dalam kehidupan berikutnya di akhirat. Di samping itu kekalutan juga membuat seseorang melakukan tindak kekerasan yang tidak pada tempatnya, bahkan tidak sedikit suami yang bertindak kasar kepada istrinya atau istri terhadap suaminya, orang tua terhadap anaknya, bahkan anak terhadap orang tuanya dan sesama anggota masyarakat yang semestinya saling hormat menghormati dan cinta mencintai.

Sementara bagi orang yang hidup di bawah naungan Al-Quran, dia amat yakin bahwa segala kesulitan dan persoalan hidup pasti ada jalan keluarnya, apalagi hal ini merupakan janji Allah swt yang tidak mungkin salah, Allah swt berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS At Thalaq [65]:2-3).

Bahkan di penghujung ayat 4 dari surat yang sama, Allah swt berjanji:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya dijadikan baginya kemudahan dalam urusan-urusannya (QS At Thalaq [65]:4).

Manfaat Ketiga yang bisa kita dapat dari hidup di bawah naungan Al-Quran adalah kehidupan kita menjadi bersih. Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci bersih tanpa noda dan dosa sedikit pun, Islam tidak mengenal ada istilah dosa keturunan dari orang tua terhadap anaknya. Namun tanpa bimbingan Al-Quran kehidupan manusia menjadi kotor, kotor jiwanya, kotor pikirannya dan kotor perbuatannya.

Jiwa yang kotor telah melahirkan sikap-sikap buruk seperti riya atau ingin mendapatkan pujian dari orang lain, hasad atau iri hati terhadap kemajuan dan keberhasilan yang dicapai orang lain, takabur atau menyombongkan diri dengan sebab merasa memiliki kelebihan pada dirinya dan sebagainya. Sementara pikiran yang kotor telah membuat manusia menjadi orang yang menganggap baik perbuatannya yang buruk, ketentuan yang benar dianggapnya sebagai hambatan dan sebagainya. Sedangkan perbuatan yang kotor telah mengakibatkan peradaban manusia menjadi begitu rendah, bahkan bisa lebih rendah dari binatang ternak yang biasanya nilainya ditentukan hanya dengan ukuran berat badan. Bahkan secara fisik, kekotoran manusia dalam bertingkah laku juga mengakibatkan malapetaka yang amat besar. Karena itu perhatikanlah bagaimana perzinaan telah menyebabkan penderita AIDS yang sedemikian mengkhawatirkan, pengguguran kandungan dan sebagainya.

Adapun hidup di bawah naungan Al-Quran, maka kehidupan manusia menjadi bersih, bersih jiwanya dengan selalu mengutamakan keikhlasan, husnuzhzhan atau berbaik sangka terhadap orang lain, tawadhu atau rendah hati terhadap orang lain, meskipun orang itu lebih rendah kedudukannya, jujur yang dapat menghangatkan hubungan persaudaraan, tawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berusaha seoptimal mungkin yang akan membawa sikap optimis dan sebagainya. Di samping itu bersih juga pikirannya sehingga yang dipikirkannya adalah hal-hal yang akan membawa manfaat dan kebaikan atau kebenaran, baik bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat, bangsa dan agamanya, sedangkan bersih perbuatan adalah apapun yang dilakukannya, semua berorientasi kepada amal yang shalih sebab amal yang shalih merupakan bekal yang amat penting dalam kehidupan di akhirat nanti. Kehidupan yang bersih seperti inilah yang akan membukakan dan mendatangkan keberkahan baik, dari langit maupun dari bumi, Allah swt berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS Al A’raf [7]:96).

Oleh karena itu hidup di bawah naungan Al-Quran, di samping memberikan kenikmatan lahir dan batin, jasmani dan rohani, juga dapat meneropong kehidupan ini, mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah, mana bahagia dan mana sengsara, mana kemajuan dan mana keterbelakangan, mana keadilan dan mana kezaliman dan begitulah seterusnya.

Dari sini, semakin kita sadari dan harus kita akui bahwa ajaran Islam yang indah dan nikmat ternyata terhalang keindahan dan kenikmatannya itu oleh sikap dan perilaku umat Islam, akibatnya tidak sedikit manusia, bahkan umat Islam sendiri yang takut terhadap penegakan nilai-nilai dan syariat Islam. Karenanya tidak aneh kalau upaya penegakannya ditentang sendiri oleh sebagian kaum muslimin, bahkan bukan karena mereka awam terhadap Islam dan Al-Quran, tapi karena memang mereka tidak berada di bawah naungan Al-Quran itu sendiri.

Demikian khutbah Jumat kita hari ini, harapan kita, semoga terjalin kehidupan yang damai dan sejahtera. Jangan ada lagi upaya menghina dan menista agama dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan. Kita tentu memaafkan pelakunya, namun proses hukum tetap harus ditegakkan sebagaimana berlaku pada kasus yang lain.

Ketika Wanita Jatuh Cinta kepada Lelaki Asing

Cinta akan tumbuh di antara lelaki dan wanita jika masing-masing dari mereka telah terbiasa satu sama lain

Tentu saja yang kami maksudkan di sini bukanlah cinta dalam maknanya yang luas, seperti cinta Allah, cinta negara, cinta terhadap manusia secara umum. Yang kami maksudkan di sini adalah istilah yang telah tersebar di kalangan masyarakat, yakni cinta antara seorang lelaki dan wanita.

Cinta yang disyariatkan adalah cinta antara suami dan istri. Adapun cinta dari seorang lelaki asing, maka itu adalah sangat tertolak. Karena cinta seperti itu merupakan buah dari banyak pelanggaran yang terakumulasi dalam waktu yang lama.

Jika pada awalnya rasa cinta muncul dari pandangan, maka sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengharamkan pandangan seperti ini. Allah menegaskan pengharaman ini karena ia menyeret pada perilaku zina. Fakta ini telah terbukti sehingga tidak dapat lagi diperdebatkan atau ditawar.

Banyak ayat Al Qur’an yang mengulangi larangan terhadap kaum wanita meskipun sebenarnya mereka juga telah tercakup dalam larangan terhadap kaum mukminin secara umum, karena lafazh “Orang-orang yang beriman” itu telah mencakup kaum lelaki dan wanita. Jadi, jika Allah mengatakan, “Hai orang-orang beriman”, maka seruan ini ditujukan kepada seluruh kaum mukminin, lelaki dan wanita. Allah Ta’ala berfirman,

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِم

“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (An-Nur: 30).

Dan, Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِن

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (An-Nur: 31).

Dan jika rasa cinta itu muncul karena pembicaraan yang lama, perlakuan yang lembut, dan saling rayu antara lelaki dan wanita, maka sesungguhnya Islam telah mengharamkan itu semua.

Cinta akan tumbuh di antara lelaki dan wanita jika masing-masing dari mereka telah terbiasa satu sama lain. Hal seperti ini tidak dikenal di dalam Islam kecuali di antara suami istri. Peribahasa mengatakan, “Cinta lahir dan mati dengan kebiasaan.”

Sesungguhnya cinta seperti ini haram dan akan menyeret kepada hal haram yang lebih besar darinya. Jika seorang wanita muslimah terjerumus ke dalam cinta seperti ini, maka itu merupakan hukuman baginya atas perbuatannya yang telah berlebihan dan melampaui batas-batas halal saat ia berhubungan dengan lelaki asing yang tidak diridhai oleh penciptanya dan tidak sejalan dengan ajaran agamanya.

Jika ia ingin melepaskan diri darinya, hendaknya ia menyesal dan meohon ampunan kepada Rabbnya serta bertaubat sebagaimana taubatnya dari dosa-dosa lain. Dan saat itu, cinta semu ini akan mati dengan membiasakannya sebagaimana ia tumbuh dengan membiasakannya jika wanita tersebut kembali kepada kebenaran dan konsisten menjalankan agamanya. Lalu, ia menjaga dirinya untuk tidak lagi bertemu atau memandang ataupun berbincang-bincang, dan menyibukkan dirinya dengn ketaatan kepada Rabbnya.

Namun, jika ia tetap meneruskan perilakunya, maka berarti itu merupakan kegigihan dalam melakukan maksiat dan mengikuti hawa nafsu yang senantiasa menyuruh kepada keburukan dan tunduk kepada kekuasaan setan secara perlahan, dan semua itu akan menghantarkannya kepada kejatuhan.

Berapa banyak wanita yang karena cinta tersebut harus menikah dengan lelaki yang tidak pantas sehingga ia hidup menderita? Berapa banyak lelaki yang memanfaatkan cinta seorang wanita untuk menistakannya? Berapa banyak wanita yang tersungkur di tengah jalan sebelum sampai kepada tujuannya dan mewujudkan impiannya, pernikahan. Ia hilang dan disesatkan. Seluruh janji seolah menguap dan ia menderita kerugian yang tak terbatas. Dan cinta semu itu menjadi alasan dari setiap kesalahan yang ia lakukan, dan cinta itu pulalah yang menjadi penyebab utama dari seluruh musibah yang menimpanya. Padahal, jika ia mampu berfikir, seharusnya ia memotong benang kejahatan itu sejak awal, dan menjauh dari setiap jurang dan jalan yang menghantarkannya ke sana.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا

“Dan janganlah kalian mendekati zina.” (Al-Isra’ : 32).

Mendekati zina berarti melakukan mukadimah atau pembuka menuju zina. Dan, cinta yang terjadi antara seorang lelaki dengan wanita asing merupakan salah satu mukadimah terbesarnya. Pada zaman ini, cinta yang mereka maksudkan sangat berkaitan erat dengan hubungan suami istri. Anda hampir tidak dapat melihatnya terpisah. Cinta seperti ini hampir tidak dikenal dan tidak dapat digambarkan kecuali dengan adanya hubungan tersebut.

Berdasarkan ini, maka wanita-wanita abad duapuluh ini jika telah mencintai seseorang dan tulus dengan cintanya, ia akan bersedia menyerahkan hal termahal yang dimilikinya, yakni kehormatannya. Tidak ada yang dapat melindunginya dari itu selain dengan mengikuti manhaj Islam dan menaati Rabb dari seluruh kaum lelaki dan wanita.

muslimah.or.id/9024-ketika-wanita-jatuh-cinta-kepada-lelaki-asing